Angel dan Fathir dalam masalah. Majalah sekolah mereka gak mendapatkan respon yang baik dari para siswa. Akibatnya posisi mereka sebagai ketua dan wakil OSIS pun terancam dicabut. Angel dan Fathir keluar dari ruangan kepsek dengan muka lesu.
“Gila ya, Pak Oscar, seenaknya aja mau ngeluarin kita dari OSIS. Ya wajarlah yg respon majalah kita sedikit. Kan masih edisi pertama.” kesal Fathir.
“Tahu tuh, bukannya nyemangatin kita. Malah marah-marah.”
Saat mereka sibuk berdebat soal rubrik untuk majalah sekolah edisi berikutnya, Aldo dan Nakula menabrak mereka. Buku-buku Angel pun berantakan di lantai.
“Cumi kembaaaaaaar! Lihat tuh buku-buku gue!”
“Sorry, Njel, kita gak sengaja.” Jawab Nakula.
“Lagian kalian kenapa, sih?” tanya Fathir.
“Cumi kembar!” teriak Lisa dari belakang. Aldo dan Nakula langsung kabur begitu mendengar suara Lisa. Fathir dan Angel hanya geleng-geleng kepala melihat kelakukan Aldo, Nakula dan Lisa. Fathir dan Angel lalu bergegas ke kantin. Di kantin, tampak Nina lagi ngobrol dengan Rizky.
“Kalian kemana aja, sih?” tanya Nina.
“Kita tadi dipanggil Pak Oscar.” Jawab Angel.
“Ada masalah ya?” tanya Nina. Nina sepertinya menyadari ada sesuatu yang terjadi pada Angel dan Fathir.
“Pak Oscar ngancem bakal ngeluarin kita dari OSIS, gara-gara yang respon majalah sekolah sedikit. Padahal baru edisi pertama.” Jawab Angel.
“Kalian berdua ada ide gak buat edisi berikutnya?” tanya Fathir.
“Gini aja, deh, kita bahas di rumah gue ntar malam.” jawab Nina sambil melahap nasi goreng.
“Gue gak bisa. Gue ada acara keluarga.” ucap Fathir.
“Gak apa-apa sayang, kan masih ada kita.”
“Makasih ya sayang. Kamu emang pacar sekaligus sahabat yang baik.”
Perasaan cemburu menghinggapi Rizky. “Andai aja yang jadi cowok lo gue, Nin.” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar