Eun Jo berlutut sambil menangis ketika dia mempersembahkan anggurnya pada Dae Sung serta memanggil Dae Sung ‘appa’ lalu meminta maaf. Tepat di luar ruangan, Ki Hoon mendengar isakan Eun Jo yang sangat mengusik perasaannya. Begitu dalam kesedihan Eun Jo hingga Jung Woo yang berada jauh di luar dapat mendengarnya juga. Dia juga menangis!
Hyo Sun duduk sendiri sambil memikirkan ucapan Eun Jo kalau dia sudah menemukan ragi-nya dan muncul sebagai penyelamat. Dia berjalan mengelilingi rumah dan memeriksa setiap bagian rumah. Malam itu juga, Jung Woo memanggil Eun Jo keluar. Jung Woo akan pergi. Dia berpikir kalau ini adalah waktu yang tepat untuk pergi sebab tidak ada pekerjaan lagi di pabrik. Eun Jo menyuruhnya hati2 lalu berbalik masuk ke dalam rumah. Tapi Jung Woo menahannya dan memberikan hadiah untuk Eun Jo: sebuah kotak perhiasan. Di dalamnya ada pin yang langsung disematkan Jung Woo di baju Eun Jo.
Jung Woo meminta Eun Jo untuk memakai pin itu saat dia sudah pergi dan menyebut pin itu sebagai ‘roti’. Jung Woo juga mengatakan kalau pin itu akan menjauhkan Eun Jo dari kelaparan. Eun Jo tersenyum dan berkata, “Anehnya, aku ingin mempercayai kata2 yang konyol dan aneh itu!” Jung Woo meminta Eun Jo untuk hati2 lalu pergi. Keesokan harinya, Eun Jo bertanya pada Hyo Sun dimana para pekerja tinggal. Eun Jo siap untuk berbicara dengan mereka lagi. Dia mau menunggu selagi Hyo Sun berbicara dengan para ajushi. Sayangnya, Hyo Sun melaporkan kalau para pekerja masih terhina dengan sikap Eun Jo dan menolak untuk bekerja kembali.
Hyo Sun memanggil Eun Jo dan memberitahunya: “Apa kau tahu ajushi yang tinggal disini adalah ayah dari teman sekelas kita, Dong Soo?” Eun Jo jelas tidak tahu. Dia juga tidak tahu kalau nenek Dong Soo sakit dan ayah Dong Soo selalu kesulitan membayar obat nenek. Eun Jo juga tidak tahu kalau Dae Sung dulu sering memberinya kerja ekstra agar dapat memberi upah yang lebih. Eun Jo mendengar semua perkataan Hyo Sun dengan baik dengan kepala tertunduk. Eun Jo jelas merasa malu. Hyo Sun mengatakan agar Eun Jo tidak lagi menangancam para pekerja agar mereka kembali. Dia akan menyuruh paman untuk menyelesaikan urusan ini. Hyo Sun juga menyarankan agar mereka menjalankan bisnis ini sebaik yang mereka bisa.
Eun Jo meminta Hyo Sun untuk memberitahunya latar belakang tiap pekerja. Dengan informasi itu, Eun Jo berkeliling untuk memberikan hadiah kecil bagi setiap pekerja sesuai dengan informasi yang diberikan Hyo Sun padanya. Eun Jo memerikan hadiah dan membungkuk meminta maaf. Dalam perjalanan pulang, Hyo Sun menanyakan sebuah pertanyaan: apa dirinya bagi Eun Jo? Dia ingin tahu dengan pasti apa pendapat Eun Jo tentang dirinya. Eun Jo memandang Hyo Sun dengan khawatir dan membalikkan pertanyaan itu dengan bertanya apa pendapat Hyo Sun tentang dirinya.
Hyo Sun bertanya dengan takut, “Apa kau akan meninggalkanku?” Eun Jo malah kembali bertanya, “Apa kau khawatir aku akan pergi?” Tapi Hyo Sun menanyakan pertanyaannya lagi. Hyo Sun meminta Eun Jo agar mereka bisa bersikap seperti mereka baik2 saja. Dan meminta Eun Jo untuk tidak meninggalkannya. Hyo Sun: “Aku berharap seseorang akan merengkuhku, tapi ibu sudah berubah dan aku sangat kesepian. Aku pikir kekagetan ibu sangat besar dan segalanya akan membaik seiring perjalanan waktu. Jika aku tidak memikirkan hal itu, aku akan gila!”
Hyo Sun memohon agar hubungannya dengan Eun Jo bisa membaik dan agar mereka tidak bertengkar lagi. Eun Jo tidak langsung mengutarakan keinginannya dan mengatakan dia akan mencoba. Dia menjelaskan bahwa dia tidak berjanji akan bersikap baik pada Hyo Sun tapi paling tidak, dia tidak akan melawan Hyo Sun. Ini membuat Hyo Sun sangat tersentuh dan langsung melingkarkan tangannya pada Eun Jo meski langsung ditepis Eun Jo (tidak dengan kejam).
Ki Hoon pergi ke kuil untuk meminta keselamatan sebab dia merasa terbebani oleh dosanya pada Dae Sung dan kedua putrinya. Biksu meminta Ki Hoon untuk berdoa sambil membungkuk dan dia melakukannya berulang-ulang tanpa kenal lelah. Ketika dia melakukan ini, Ki Hoon mengingat lagi ketika Dae Sung pingsan dimana di dalam ambulans dia meminta Dae Sung untuk tidak mati. Ki Hoon: “Akan tetapi… bahkan pada saat itu, aku datang paling awal. Aku memohon kalau aku tidak akan melakukan perbuatan penuh dosa. Kekhawatirannya bukan pada pria yang telah pergi.”
Dengan perlahan, Dae Sung membuka matanya untuk mengucapkan kata2 terakhirnya. Ki Hoon mengenangnya: “Dan meski begitu – ya Tuhan! – dia bilang kalau itu tidak apa2!” Sekarang Ki Hoon jatuh, penuh dengan keringat dan kelelahan. Dia kesakitan karena berulang-ulang berlutut. Dengan badan gemetaran, Ki Hoon mencakupkan kedua tangannya dan berdoa. Dia bertanya: “Bagimana bisa dia bilang kalau itu tidak apa? Bagaimana?”
Eun Jo dan Hyo Sun menggosok gigi bersama di kamar mandi. Ketika mereka bertabrakan karena mencoba menggunakan kran yang sama, mereka hanya melihat satu sama lain dengan hati2. Eun Jo melihat ke dalam kamar yang dipakai oleh Jung Woo dan Ki Hoon. Karena Jung Woo sudah pergi, dia jelas2 mencari Ki Hoon. Dia terlihat agak kecewa karena ternyata ruangan itu kosong. Pada saat itu, Ki Hoon sedang berjalan pelan pulang ke rumah. Otot2nya bergetar karena berdoa tadi. Dia tersandung dan bersandar pada tembok agar tidak jatuh. Suara berderak di gerbang membuat dia penasaran. Ketika dia menolehkan kepalanya, Eun Jo remaja yang dia lihat. Dia memandang Eun Jo sebagai Eun Jo yang dulu dimana waktu itu Eun Jo menunggu Ki Hoon yang pulang malam dan mabuk.
Kedua orang ini merasakan riak yang sama. Eun Jo melihat Ki Hoon sebagai dia yang dulu yang selalu tersenyum untuknya malam itu. Eun Jo berpikir, “Dia disini. Dia tersenyum.” Dan Ki Hoon berpikir, “Dia keluar!” Ki Hoon ingin sekali tersenyum seperti dulu dan melambaikan tangan. Meski dia tidak bisa melakukan seperti yang dulu, tapi tangannya bergerak seperti ingin melakukan yang sama. Sekarang Ki Hoon hanya berpikir, “Kemarilah!” Tapi Eun Jo tidak bisa mendengar apa yang dipikirkan Ki Hoon dan berbalik akan masuk. Jadi Ki Hoon berkata, “Kemarilah!” dan Eun Jo langsung berhenti. Ki Hoon menggapaikan tangannya ke Eun Jo tapi itu malah membuat dia kehilangan kesemibangan dan tumbang ke tanah. Eun Jo berlari untuk membantu Ki Hoon berdiri meski dengan cepat dia lalu melepskan tangannya.
Ketika mereka meringkuk bersama dan berlutut di tanah, Ki Hoon berkata, “Eun Jo ya.” Eun Jo menangis mendengar kata2 itu. Ki Hoon berkata lagi, “Sekarang aku benar2 tidak bisa menggapaimu. Semuanya telah direncanakan sedemikian rupa jadi aku tidak bisa melakukannya.” Ki Hoon melanjutkan, “Aku memang tidak bisa melakukannya… tapi jika kau mengijinkannya, aku akan menjaga kalian berdua seperti memberi hormat pada kalian ribuan kali sehari. Seperti ajushi. Di tempatnya.” Eun Jo merasa sakit pada pengakuan ini. Suara lembut saat dia bilang, “Aku tidak pernah memintamu untuk datang padaku. Karena aku tidak pernah memintamu untuk datang jadi aku tidak akan bertanya kenapa kau tidak bisa. Aku tidak mengerti kenapa kau ingin bersikap sepertinya (Dae Sung), tapi aku tidak akan bertanya.”
Eun Jo meminta Ki Hoon untuk tidak melakukan itu untuknya tapi untuk Hyo Sun. Eun Jo mengaku kalau dia sudah memutuskan untuk tidak lagi bersikap kejam pada saudarinya, meski itu bukan karena dia peduli padanya. Jadi Eun Jo berkata: “Jika aku memperlakukannya dengan baik, aku mungkin akan mendapatkan maaf, meski hanya sedikit. Jika itu mungkin, aku ingin mencobanya. Aku benar2 ingin dimaafkan.” Ki Hoon berpikir, “Ya, aku juga.” Seperti biasa, Eun Jo menjaga sikapnya sampai dia sendirian di kamarnya dimana dia menangis. Ki Hoon: “Dan pada hari itu, gadis mengerikan itu memangis untuk kita buat yang terakhir kalinya!” Ki Hoon juga menangis di ruangannya.
Kang Sook sama sekali tidak bisa tidur. Perasaannya sangat terganggu. Mungkin itu hanya pikirannya saja tapi Kang Sook berpikir dia punya masalah dengan badannya. Hyo Sun bangun sambil menangis memanggil ayahnya. Dia pergi ke kamar Kang Sook. Dia mendekati ibunya dengan perlahan dan berbaring di sampingnya. Hyo Sun melingkarkan tangannya di perut Kang Sook. Untuk beberapa saat kita bakal berpikir kalau Kang Sook mau menerima itu. Tapi dia menyuruh Hyo Sun untuk menyingkirkan tangannya dan menyebut itu menjijikkan. Mengerti pada penolakan ini, Hyo Sun bangkit dan pergi dari ruangan itu.
Saat sarapan, Eun Jo heran karena ibu hanya menyiapkan meja untuk 3 orang. Dia ketakutan waktu mendengar Hyo Sun diminta untuk makan sendiri. Kang Sook memakai alasan perasaan dukanya jika dia makan satu meja dengan Hyo Sun. Dia membela diri dengan mengatakan kalau Hyo Sun bukan gadis yang kelaparan. Kang Sook hanya tidak ingin makan dengan Hyo Sun. Eun Jo bertanya pada ibunya, “Berapa banyak dosa lagi yang ingin kau perbuat?” Dia juga mengatakan kalau di kehidupan berikutnya Kang Sook bisa saja terlahir sebagai ibu Hyo Sun. Itu adalah hasil dari dosa yang dia perbuat di kehidupan ini.
Eun Jo meninggalkan meja tanpa menyentuh makanannya. Dia menemui Ki Hoon di luar, yang tersenyum untuknya. Eun Jo meminta Ki Hoon untuk menemukan Hyo Sun dan memastikan apakah dia sudah sarapan dan agar membawanya ke gudang anggur. Ketiganya duduk bersama di gudang anggur saat ajumma menyiapkan sarapan untuk mereka. Mereka mendiskusikan masalah bisnis seperti bagaimana mereka akan membayar hutang kepada para tetua. Ki Hoon memerintahkan Hyo Sun untuk bertemu dengan para tetua lagi dan memintanya untuk mengatakan kalau Eun Jo akan menghidupkan kembali pabrik anggur beras Dae Sung.
Dengan keputusan itu, Eun Jo menyarankan agar mereka sarapan. Hyo Sun mengusulkan kalau mereka membuat bibimbap saja. Ketika Ki Hoon bergerak untuk menambahkan lebih banyak gochujang, Eun Jo menghalanginya. Hyo Sun mendorong sendok makan Ki Hoon ke mulutnya lalu beralih untuk menyuapi Eun Jo. Kelihatannya Eun Jo tidak akan memakannya jadi Hyo Sun menjauhkan sendoknya. Tapi Eun Jo malah menarik sendok itu dan memakan bibimbap-nya. Dia bahkan bergerak untuk menyingkirkan makanan dari dagu Hyo Sun meski dia tidak membuat kontak karena perhatian semuanya teralihkan oleh suara pria di luar sana.
Mereka bertiga terlihat kaget sebab suara itu berasal dari para ajushi yang kembali bekerja. Salah satunya memakan permen yang diberikan Eun Jo padanya lalu tersenyum pada Eun Jo. Sebagai balasan, Eun Jo membungkuk padanya. Hyo Sun lebih ekspresif dimana dia berterima kasih pada paman karena ikut berperan dalam meyakinkan para ajushi. Pemimpin pekerja itu mengatakan pada Eun Jo kalau ini bukan karena sogokan Eun Jo. Mereka bukan orang yang gampang dibeli. Mereka kembali karena Eun Jo minta maaf. Eun Jo mengangguk.
Ki Hoon meletakkan tangan di bahu Eun Jo sebagai ucapan selamat. Hyo Sun berbalik dan melihat kejadian ini. Ketimbang membuat kekacauan, dia malah mengumpulkan keberanian lalu tersenyum. Dia mendekati Ki Hoon dan Eun Jo untuk mendiskusikan bisnis – sekarang mereka bisa membuat ragi lagi tapi siapa yang akan memimpin upacaranya?
Ki Jung mengunjungi ayahnya untuk membicarakan sikap kurang ajar Ki Hoon soal perampokan dengan pedagang jepang. Presiden Hong bertanya, “Apa kau pikir kita berada di pihak yang sama?” Ki Jung menjawab kalau Ki Hoon mungkin berpikir dia tidak bisa mengungkapkan kebenaran pada Eun Jo dan Hyo Sun karena dia adalah saudara tiri dari Ki Hoon. Presiden Hong mengisyaratkan kalau Ki Jung pasti punya alasan lain. Ki Jung berkata, “Ayah, kau benar2 jahat!” Ki Jung juga berkata kalau dia merasa sangat menderita ketika ibu Ki Hoon mengejarnya, pingsan, dan mati. Tapi Hong menggunakan itu untuk memprovokasi Ki Hoon? Dengan suara bergetar, Ki Jung berkata pada ayahnya, “Aku menghormatimu. Aku juga akan menjadi jahat. Aku penasaran ingin melihat seberapa jahatnya aku.”
Para pekerja berkumpul untuk berdiskusi siapa yang akan menggantikan Dae Sung dalam ritual nanti. Ki Hoon mengatakan beberapa saran yang kedengarannya sangat diplomatik. Pemimpin pekerja dan paman Hyo Sun mungkin bisa menggantikan peran Dae Sung. Ki Hoon meminta Hyo Sun untuk memilih nama orang yang akan memimpin ritual itu sebab dia adalah orang yang paling pantas memutuskan. Dia diberi waktu sehari untuk memutuskan.
Hyo Sun sudah siap sekarang dan setelah mendapat persetujuan dari semua orang kalau mereka akan mematuhi keputusannya, Hyo Sun menyebut nama Eun Jo. Eun Jo protes dan mengatakan kalau dia tidak berani menggantikan posisi Dae Sung dalam kegiatan paling penting di pabrik. Hyo Sun setuju kalau dia tidak suka bila ada orang yang menggantikan posisi ayahnya, tapi dia berpikir kalau ayahnya pasti ingin agar Eun Jo yang melakukannya. Hyo Sun menambahkan, “Mengatakan ini juga membuatku merasa bersalah, kau tahu – kenapa kau dan bukan aku?” Ki Hoon menyambut baik keputusan itu yang juga diikuti yang lain.
Paman Hyo Sun menunggu cukup lama agar bisa berbicara dengan Eun Jo. Dia berbasa-basi dulu sebelum ke pokok persoalannya. Dia mengingatkan Eun Jo kalau dia juga berperan dalam mengembalikan para pekerja. Tapi Kang Sook terus menekannya agar dia pergi, tapi dia tidak punya tempat tujuan sebab dia tinggal disini seumur hidupnya. Eun Jo tidak tahu ini dan mengatakan kalau paman tidak harus pergi. Ini membuat paman sangat terkejut. Eun Jo berkata kalau dia harus bicara pada ibunya dan dia bahkan menggunakan kata2 yang sangat sopan.
Memasuki rumah, Eun Jo mendengar sesuatu yang pecah dan teriakan ibu. Kang Sook memarahi Hyo Sun, yang berlutut untuk mengambil cangkir yang pecah. Hyo Sun menjelaskan karena ibu sering merasa lemas maka dia membawakan teh untuk ibu. Ketika Hyo Sun memungut pecahan itu, ibu berteriak, “Keluar sekarang juga! Aku tidak tahan melihatmu!” Eun Jo mendelik ke ibunya. Dia lalu menyuruh Hyo Sun berdiri dan mengikutinya keluar. Eun Jo memanggil Ki Hoon agar dia tidak tidur dulu sebab dia memerlukan Ki Hoon untuk menghibur Hyo Sun. Dia menyuruh Ki Hoon untuk menunggu di luar sementara dirinya menenangkan Hyo Sun.
Eun Jo bertanya kenapa Hyo Sun tetap menemui ibu. Hyo Sun menjawab kalau dia merindukan ibu dan ingat bagaimana dulu ibu menepuk kepalanya. “Ibu bersikap seperti itu karena dia kesepian dan aku juga kesepian. Jadi aku pikir akan baik bila bersama-sama, dan meski dia membenci untuk sementara waktu sekarang, aku pikir jika dia tetap melihatku, dia akan mulai memperlakukanku dengan baik.” Eun Jo sudah muak dan bertanya, “Apa kau bodoh?” Dia meminta Hyo Sun untuk menjauhi Kang Sook untuk sementara waktu. Hyo Sun bisa sarapan dengannya di gudang tiap pagi dan pulang telat dan semuanya pasti akan segera membaik.
Tapi Hyo Sun tidak percaya itu, “Apa aku anak2?” Eun Jo kaget dan Hyo Sun bahkan menambahkan kalau dia sudah tahu semuanya bertahun-tahun yang lalu – sikap Kang Sook berbeda kalau tidak ada Dae Sung. Hyo Sun: “Aku tahu, tapi itu tidak jadi masalah… Jika aku menyukainya, itu tidak jadi masalah.” Kata2 itu benar2 menampar Eun Jo, tidak hanya Hyo Sun yang menurutnya bodoh, tapi ucapan Hyo Sun sama dengan ucapan Dae Sung ketika dia mengatakan kalau dia sudah tahu siapa Kang Sook sebenarnya. Hyo Sun menambahkan kalau tidak apa bila segalanya tidak membaik. Tidak apa bila ibu membencinya selamanya. Hyo Sun: “Tidak apa selama kau tidak mengusirku atau kabur dengan ibu. Tanpamu, ibu, dan Jun Su, aku akan sangat kesepian.”
Eun Jo sangat bersedih, dia menangis. Hyo Sun mendekati Eun Jo dan berkata, “Tolong jangan tinggalkan aku!” Selama percapakan ini, Hyo Sun mempertahankan sikap tenangnya – justru Eun Jo yang sangat emisional. Hyo Sun meninggalkan ruangan dengan tenang. Tapi, saat sudah di luar, Hyo Sun mulai terisak dan berlutut di tanah. Eun Jo menemui ibunya dan meminta agar ibu memperlakukan Hyo Sun dengan baik. Eun Jo memohon tapi Kang Sook bahkan tidak memperhatikan dan tidak peduli. Dia berpikir kalau Hyo Sun yang menyuruh Eun Jo melakukan ini.
Eun Jo mengatakan pada ibunya kalau mereka tidak akan menjadi baik seandainya mereka berlutut dihadapan Hyo Sun tiap hari. Dia meminta ibu untuk mengerti, “Hyo Sun adalah ayahnya! Apa kau pikir Dae Sung tidak tahu apa2?” Dae Sung tahu kalau Kang Sook hanya berpura-pura sepanjang waktu – toh, dia tetap mencintai ibu meski ibu adalah orang yang sangat jahat. Sama seperti ayahnya, Hyo Sun juga mengatakan kalau tidak apa bila ibu tidak menyayanginya.
Kang Sook pindah ke tata riasnya dengan tenangnya. Ketika Eun Jo berteriak kalau mereka tidak bisa menemukan orang seperti mereka di dunia ini, Kang Sook menjawab dengan cepat, “Aku tahu, betapa bodohnya mereka!” Eun Jo terisak, “Ibu, kita tidak bisa seperti ini. Jika kita seperti ini, kita bukan manusia! Aku mohon padamu, ubahlah perasaanmu! Jika kita tidak melakukannya, maka kita akan disambar kilat!” Kang Sook berteriak kalau mereka tidak akan disambar kilat – siapa mereka berani menghakimi cara hidup mereka? Ibu bergumam kalau dia sedang merencanakan akan menikahkan Hyo Sun jadi dia bisa disingkirkan.
Kekejaman ibu membuat Eun Jo menderita dan dia mulai menarik semua pakaian ibu dari dalam lemarinya. Mereka hanya membawa kekacauan pada rumah ini jadi mereka harus kabur. Eun Jo: “Kita tidak boleh berada di rumah ini lagi!” Kang Sook menarik tangan Eun Jo dan mengatakan kenapa mereka harus pergi sekarang? Mereka bertiga lebih berharga dari harta Hyo Sun dan mereka akan tinggal serta mengambil apapun yang bisa diambil.
Eun Jo berteriak gila2an. Kang Sook mencoba menentramkan anaknya dan memintanya untuk kembali ke akal sehatnya. Eun Jo berjalan keluar ke halaman sambil terisak. Ki Hoon berada di luar seperti yang diperintahkan. Diminta untuk menenangkan Hyo Sun, dia malah berada disini untuk menenangkan Eun Jo.
Ki Hoon bertanya apa yang terjadi. Diantara isakannya, Eun Jo meminta Ki Hoon untuk membawanya ke tempat yang jauh jadi dia bisa kabur. Tidak apa bila dia tidak mendapatkan maaf dari Hyo Sun. Tidak – maaf itu jauh sekali, “Jadi ayo kabur. Kaburlah bersamaku!”
Hyo Sun duduk sendiri sambil memikirkan ucapan Eun Jo kalau dia sudah menemukan ragi-nya dan muncul sebagai penyelamat. Dia berjalan mengelilingi rumah dan memeriksa setiap bagian rumah. Malam itu juga, Jung Woo memanggil Eun Jo keluar. Jung Woo akan pergi. Dia berpikir kalau ini adalah waktu yang tepat untuk pergi sebab tidak ada pekerjaan lagi di pabrik. Eun Jo menyuruhnya hati2 lalu berbalik masuk ke dalam rumah. Tapi Jung Woo menahannya dan memberikan hadiah untuk Eun Jo: sebuah kotak perhiasan. Di dalamnya ada pin yang langsung disematkan Jung Woo di baju Eun Jo.
Jung Woo meminta Eun Jo untuk memakai pin itu saat dia sudah pergi dan menyebut pin itu sebagai ‘roti’. Jung Woo juga mengatakan kalau pin itu akan menjauhkan Eun Jo dari kelaparan. Eun Jo tersenyum dan berkata, “Anehnya, aku ingin mempercayai kata2 yang konyol dan aneh itu!” Jung Woo meminta Eun Jo untuk hati2 lalu pergi. Keesokan harinya, Eun Jo bertanya pada Hyo Sun dimana para pekerja tinggal. Eun Jo siap untuk berbicara dengan mereka lagi. Dia mau menunggu selagi Hyo Sun berbicara dengan para ajushi. Sayangnya, Hyo Sun melaporkan kalau para pekerja masih terhina dengan sikap Eun Jo dan menolak untuk bekerja kembali.
Hyo Sun memanggil Eun Jo dan memberitahunya: “Apa kau tahu ajushi yang tinggal disini adalah ayah dari teman sekelas kita, Dong Soo?” Eun Jo jelas tidak tahu. Dia juga tidak tahu kalau nenek Dong Soo sakit dan ayah Dong Soo selalu kesulitan membayar obat nenek. Eun Jo juga tidak tahu kalau Dae Sung dulu sering memberinya kerja ekstra agar dapat memberi upah yang lebih. Eun Jo mendengar semua perkataan Hyo Sun dengan baik dengan kepala tertunduk. Eun Jo jelas merasa malu. Hyo Sun mengatakan agar Eun Jo tidak lagi menangancam para pekerja agar mereka kembali. Dia akan menyuruh paman untuk menyelesaikan urusan ini. Hyo Sun juga menyarankan agar mereka menjalankan bisnis ini sebaik yang mereka bisa.
Eun Jo meminta Hyo Sun untuk memberitahunya latar belakang tiap pekerja. Dengan informasi itu, Eun Jo berkeliling untuk memberikan hadiah kecil bagi setiap pekerja sesuai dengan informasi yang diberikan Hyo Sun padanya. Eun Jo memerikan hadiah dan membungkuk meminta maaf. Dalam perjalanan pulang, Hyo Sun menanyakan sebuah pertanyaan: apa dirinya bagi Eun Jo? Dia ingin tahu dengan pasti apa pendapat Eun Jo tentang dirinya. Eun Jo memandang Hyo Sun dengan khawatir dan membalikkan pertanyaan itu dengan bertanya apa pendapat Hyo Sun tentang dirinya.
Hyo Sun bertanya dengan takut, “Apa kau akan meninggalkanku?” Eun Jo malah kembali bertanya, “Apa kau khawatir aku akan pergi?” Tapi Hyo Sun menanyakan pertanyaannya lagi. Hyo Sun meminta Eun Jo agar mereka bisa bersikap seperti mereka baik2 saja. Dan meminta Eun Jo untuk tidak meninggalkannya. Hyo Sun: “Aku berharap seseorang akan merengkuhku, tapi ibu sudah berubah dan aku sangat kesepian. Aku pikir kekagetan ibu sangat besar dan segalanya akan membaik seiring perjalanan waktu. Jika aku tidak memikirkan hal itu, aku akan gila!”
Hyo Sun memohon agar hubungannya dengan Eun Jo bisa membaik dan agar mereka tidak bertengkar lagi. Eun Jo tidak langsung mengutarakan keinginannya dan mengatakan dia akan mencoba. Dia menjelaskan bahwa dia tidak berjanji akan bersikap baik pada Hyo Sun tapi paling tidak, dia tidak akan melawan Hyo Sun. Ini membuat Hyo Sun sangat tersentuh dan langsung melingkarkan tangannya pada Eun Jo meski langsung ditepis Eun Jo (tidak dengan kejam).
Ki Hoon pergi ke kuil untuk meminta keselamatan sebab dia merasa terbebani oleh dosanya pada Dae Sung dan kedua putrinya. Biksu meminta Ki Hoon untuk berdoa sambil membungkuk dan dia melakukannya berulang-ulang tanpa kenal lelah. Ketika dia melakukan ini, Ki Hoon mengingat lagi ketika Dae Sung pingsan dimana di dalam ambulans dia meminta Dae Sung untuk tidak mati. Ki Hoon: “Akan tetapi… bahkan pada saat itu, aku datang paling awal. Aku memohon kalau aku tidak akan melakukan perbuatan penuh dosa. Kekhawatirannya bukan pada pria yang telah pergi.”
Dengan perlahan, Dae Sung membuka matanya untuk mengucapkan kata2 terakhirnya. Ki Hoon mengenangnya: “Dan meski begitu – ya Tuhan! – dia bilang kalau itu tidak apa2!” Sekarang Ki Hoon jatuh, penuh dengan keringat dan kelelahan. Dia kesakitan karena berulang-ulang berlutut. Dengan badan gemetaran, Ki Hoon mencakupkan kedua tangannya dan berdoa. Dia bertanya: “Bagimana bisa dia bilang kalau itu tidak apa? Bagaimana?”
Eun Jo dan Hyo Sun menggosok gigi bersama di kamar mandi. Ketika mereka bertabrakan karena mencoba menggunakan kran yang sama, mereka hanya melihat satu sama lain dengan hati2. Eun Jo melihat ke dalam kamar yang dipakai oleh Jung Woo dan Ki Hoon. Karena Jung Woo sudah pergi, dia jelas2 mencari Ki Hoon. Dia terlihat agak kecewa karena ternyata ruangan itu kosong. Pada saat itu, Ki Hoon sedang berjalan pelan pulang ke rumah. Otot2nya bergetar karena berdoa tadi. Dia tersandung dan bersandar pada tembok agar tidak jatuh. Suara berderak di gerbang membuat dia penasaran. Ketika dia menolehkan kepalanya, Eun Jo remaja yang dia lihat. Dia memandang Eun Jo sebagai Eun Jo yang dulu dimana waktu itu Eun Jo menunggu Ki Hoon yang pulang malam dan mabuk.
Kedua orang ini merasakan riak yang sama. Eun Jo melihat Ki Hoon sebagai dia yang dulu yang selalu tersenyum untuknya malam itu. Eun Jo berpikir, “Dia disini. Dia tersenyum.” Dan Ki Hoon berpikir, “Dia keluar!” Ki Hoon ingin sekali tersenyum seperti dulu dan melambaikan tangan. Meski dia tidak bisa melakukan seperti yang dulu, tapi tangannya bergerak seperti ingin melakukan yang sama. Sekarang Ki Hoon hanya berpikir, “Kemarilah!” Tapi Eun Jo tidak bisa mendengar apa yang dipikirkan Ki Hoon dan berbalik akan masuk. Jadi Ki Hoon berkata, “Kemarilah!” dan Eun Jo langsung berhenti. Ki Hoon menggapaikan tangannya ke Eun Jo tapi itu malah membuat dia kehilangan kesemibangan dan tumbang ke tanah. Eun Jo berlari untuk membantu Ki Hoon berdiri meski dengan cepat dia lalu melepskan tangannya.
Ketika mereka meringkuk bersama dan berlutut di tanah, Ki Hoon berkata, “Eun Jo ya.” Eun Jo menangis mendengar kata2 itu. Ki Hoon berkata lagi, “Sekarang aku benar2 tidak bisa menggapaimu. Semuanya telah direncanakan sedemikian rupa jadi aku tidak bisa melakukannya.” Ki Hoon melanjutkan, “Aku memang tidak bisa melakukannya… tapi jika kau mengijinkannya, aku akan menjaga kalian berdua seperti memberi hormat pada kalian ribuan kali sehari. Seperti ajushi. Di tempatnya.” Eun Jo merasa sakit pada pengakuan ini. Suara lembut saat dia bilang, “Aku tidak pernah memintamu untuk datang padaku. Karena aku tidak pernah memintamu untuk datang jadi aku tidak akan bertanya kenapa kau tidak bisa. Aku tidak mengerti kenapa kau ingin bersikap sepertinya (Dae Sung), tapi aku tidak akan bertanya.”
Eun Jo meminta Ki Hoon untuk tidak melakukan itu untuknya tapi untuk Hyo Sun. Eun Jo mengaku kalau dia sudah memutuskan untuk tidak lagi bersikap kejam pada saudarinya, meski itu bukan karena dia peduli padanya. Jadi Eun Jo berkata: “Jika aku memperlakukannya dengan baik, aku mungkin akan mendapatkan maaf, meski hanya sedikit. Jika itu mungkin, aku ingin mencobanya. Aku benar2 ingin dimaafkan.” Ki Hoon berpikir, “Ya, aku juga.” Seperti biasa, Eun Jo menjaga sikapnya sampai dia sendirian di kamarnya dimana dia menangis. Ki Hoon: “Dan pada hari itu, gadis mengerikan itu memangis untuk kita buat yang terakhir kalinya!” Ki Hoon juga menangis di ruangannya.
Kang Sook sama sekali tidak bisa tidur. Perasaannya sangat terganggu. Mungkin itu hanya pikirannya saja tapi Kang Sook berpikir dia punya masalah dengan badannya. Hyo Sun bangun sambil menangis memanggil ayahnya. Dia pergi ke kamar Kang Sook. Dia mendekati ibunya dengan perlahan dan berbaring di sampingnya. Hyo Sun melingkarkan tangannya di perut Kang Sook. Untuk beberapa saat kita bakal berpikir kalau Kang Sook mau menerima itu. Tapi dia menyuruh Hyo Sun untuk menyingkirkan tangannya dan menyebut itu menjijikkan. Mengerti pada penolakan ini, Hyo Sun bangkit dan pergi dari ruangan itu.
Saat sarapan, Eun Jo heran karena ibu hanya menyiapkan meja untuk 3 orang. Dia ketakutan waktu mendengar Hyo Sun diminta untuk makan sendiri. Kang Sook memakai alasan perasaan dukanya jika dia makan satu meja dengan Hyo Sun. Dia membela diri dengan mengatakan kalau Hyo Sun bukan gadis yang kelaparan. Kang Sook hanya tidak ingin makan dengan Hyo Sun. Eun Jo bertanya pada ibunya, “Berapa banyak dosa lagi yang ingin kau perbuat?” Dia juga mengatakan kalau di kehidupan berikutnya Kang Sook bisa saja terlahir sebagai ibu Hyo Sun. Itu adalah hasil dari dosa yang dia perbuat di kehidupan ini.
Eun Jo meninggalkan meja tanpa menyentuh makanannya. Dia menemui Ki Hoon di luar, yang tersenyum untuknya. Eun Jo meminta Ki Hoon untuk menemukan Hyo Sun dan memastikan apakah dia sudah sarapan dan agar membawanya ke gudang anggur. Ketiganya duduk bersama di gudang anggur saat ajumma menyiapkan sarapan untuk mereka. Mereka mendiskusikan masalah bisnis seperti bagaimana mereka akan membayar hutang kepada para tetua. Ki Hoon memerintahkan Hyo Sun untuk bertemu dengan para tetua lagi dan memintanya untuk mengatakan kalau Eun Jo akan menghidupkan kembali pabrik anggur beras Dae Sung.
Dengan keputusan itu, Eun Jo menyarankan agar mereka sarapan. Hyo Sun mengusulkan kalau mereka membuat bibimbap saja. Ketika Ki Hoon bergerak untuk menambahkan lebih banyak gochujang, Eun Jo menghalanginya. Hyo Sun mendorong sendok makan Ki Hoon ke mulutnya lalu beralih untuk menyuapi Eun Jo. Kelihatannya Eun Jo tidak akan memakannya jadi Hyo Sun menjauhkan sendoknya. Tapi Eun Jo malah menarik sendok itu dan memakan bibimbap-nya. Dia bahkan bergerak untuk menyingkirkan makanan dari dagu Hyo Sun meski dia tidak membuat kontak karena perhatian semuanya teralihkan oleh suara pria di luar sana.
Mereka bertiga terlihat kaget sebab suara itu berasal dari para ajushi yang kembali bekerja. Salah satunya memakan permen yang diberikan Eun Jo padanya lalu tersenyum pada Eun Jo. Sebagai balasan, Eun Jo membungkuk padanya. Hyo Sun lebih ekspresif dimana dia berterima kasih pada paman karena ikut berperan dalam meyakinkan para ajushi. Pemimpin pekerja itu mengatakan pada Eun Jo kalau ini bukan karena sogokan Eun Jo. Mereka bukan orang yang gampang dibeli. Mereka kembali karena Eun Jo minta maaf. Eun Jo mengangguk.
Ki Hoon meletakkan tangan di bahu Eun Jo sebagai ucapan selamat. Hyo Sun berbalik dan melihat kejadian ini. Ketimbang membuat kekacauan, dia malah mengumpulkan keberanian lalu tersenyum. Dia mendekati Ki Hoon dan Eun Jo untuk mendiskusikan bisnis – sekarang mereka bisa membuat ragi lagi tapi siapa yang akan memimpin upacaranya?
Ki Jung mengunjungi ayahnya untuk membicarakan sikap kurang ajar Ki Hoon soal perampokan dengan pedagang jepang. Presiden Hong bertanya, “Apa kau pikir kita berada di pihak yang sama?” Ki Jung menjawab kalau Ki Hoon mungkin berpikir dia tidak bisa mengungkapkan kebenaran pada Eun Jo dan Hyo Sun karena dia adalah saudara tiri dari Ki Hoon. Presiden Hong mengisyaratkan kalau Ki Jung pasti punya alasan lain. Ki Jung berkata, “Ayah, kau benar2 jahat!” Ki Jung juga berkata kalau dia merasa sangat menderita ketika ibu Ki Hoon mengejarnya, pingsan, dan mati. Tapi Hong menggunakan itu untuk memprovokasi Ki Hoon? Dengan suara bergetar, Ki Jung berkata pada ayahnya, “Aku menghormatimu. Aku juga akan menjadi jahat. Aku penasaran ingin melihat seberapa jahatnya aku.”
Para pekerja berkumpul untuk berdiskusi siapa yang akan menggantikan Dae Sung dalam ritual nanti. Ki Hoon mengatakan beberapa saran yang kedengarannya sangat diplomatik. Pemimpin pekerja dan paman Hyo Sun mungkin bisa menggantikan peran Dae Sung. Ki Hoon meminta Hyo Sun untuk memilih nama orang yang akan memimpin ritual itu sebab dia adalah orang yang paling pantas memutuskan. Dia diberi waktu sehari untuk memutuskan.
Hyo Sun sudah siap sekarang dan setelah mendapat persetujuan dari semua orang kalau mereka akan mematuhi keputusannya, Hyo Sun menyebut nama Eun Jo. Eun Jo protes dan mengatakan kalau dia tidak berani menggantikan posisi Dae Sung dalam kegiatan paling penting di pabrik. Hyo Sun setuju kalau dia tidak suka bila ada orang yang menggantikan posisi ayahnya, tapi dia berpikir kalau ayahnya pasti ingin agar Eun Jo yang melakukannya. Hyo Sun menambahkan, “Mengatakan ini juga membuatku merasa bersalah, kau tahu – kenapa kau dan bukan aku?” Ki Hoon menyambut baik keputusan itu yang juga diikuti yang lain.
Paman Hyo Sun menunggu cukup lama agar bisa berbicara dengan Eun Jo. Dia berbasa-basi dulu sebelum ke pokok persoalannya. Dia mengingatkan Eun Jo kalau dia juga berperan dalam mengembalikan para pekerja. Tapi Kang Sook terus menekannya agar dia pergi, tapi dia tidak punya tempat tujuan sebab dia tinggal disini seumur hidupnya. Eun Jo tidak tahu ini dan mengatakan kalau paman tidak harus pergi. Ini membuat paman sangat terkejut. Eun Jo berkata kalau dia harus bicara pada ibunya dan dia bahkan menggunakan kata2 yang sangat sopan.
Memasuki rumah, Eun Jo mendengar sesuatu yang pecah dan teriakan ibu. Kang Sook memarahi Hyo Sun, yang berlutut untuk mengambil cangkir yang pecah. Hyo Sun menjelaskan karena ibu sering merasa lemas maka dia membawakan teh untuk ibu. Ketika Hyo Sun memungut pecahan itu, ibu berteriak, “Keluar sekarang juga! Aku tidak tahan melihatmu!” Eun Jo mendelik ke ibunya. Dia lalu menyuruh Hyo Sun berdiri dan mengikutinya keluar. Eun Jo memanggil Ki Hoon agar dia tidak tidur dulu sebab dia memerlukan Ki Hoon untuk menghibur Hyo Sun. Dia menyuruh Ki Hoon untuk menunggu di luar sementara dirinya menenangkan Hyo Sun.
Eun Jo bertanya kenapa Hyo Sun tetap menemui ibu. Hyo Sun menjawab kalau dia merindukan ibu dan ingat bagaimana dulu ibu menepuk kepalanya. “Ibu bersikap seperti itu karena dia kesepian dan aku juga kesepian. Jadi aku pikir akan baik bila bersama-sama, dan meski dia membenci untuk sementara waktu sekarang, aku pikir jika dia tetap melihatku, dia akan mulai memperlakukanku dengan baik.” Eun Jo sudah muak dan bertanya, “Apa kau bodoh?” Dia meminta Hyo Sun untuk menjauhi Kang Sook untuk sementara waktu. Hyo Sun bisa sarapan dengannya di gudang tiap pagi dan pulang telat dan semuanya pasti akan segera membaik.
Tapi Hyo Sun tidak percaya itu, “Apa aku anak2?” Eun Jo kaget dan Hyo Sun bahkan menambahkan kalau dia sudah tahu semuanya bertahun-tahun yang lalu – sikap Kang Sook berbeda kalau tidak ada Dae Sung. Hyo Sun: “Aku tahu, tapi itu tidak jadi masalah… Jika aku menyukainya, itu tidak jadi masalah.” Kata2 itu benar2 menampar Eun Jo, tidak hanya Hyo Sun yang menurutnya bodoh, tapi ucapan Hyo Sun sama dengan ucapan Dae Sung ketika dia mengatakan kalau dia sudah tahu siapa Kang Sook sebenarnya. Hyo Sun menambahkan kalau tidak apa bila segalanya tidak membaik. Tidak apa bila ibu membencinya selamanya. Hyo Sun: “Tidak apa selama kau tidak mengusirku atau kabur dengan ibu. Tanpamu, ibu, dan Jun Su, aku akan sangat kesepian.”
Eun Jo sangat bersedih, dia menangis. Hyo Sun mendekati Eun Jo dan berkata, “Tolong jangan tinggalkan aku!” Selama percapakan ini, Hyo Sun mempertahankan sikap tenangnya – justru Eun Jo yang sangat emisional. Hyo Sun meninggalkan ruangan dengan tenang. Tapi, saat sudah di luar, Hyo Sun mulai terisak dan berlutut di tanah. Eun Jo menemui ibunya dan meminta agar ibu memperlakukan Hyo Sun dengan baik. Eun Jo memohon tapi Kang Sook bahkan tidak memperhatikan dan tidak peduli. Dia berpikir kalau Hyo Sun yang menyuruh Eun Jo melakukan ini.
Eun Jo mengatakan pada ibunya kalau mereka tidak akan menjadi baik seandainya mereka berlutut dihadapan Hyo Sun tiap hari. Dia meminta ibu untuk mengerti, “Hyo Sun adalah ayahnya! Apa kau pikir Dae Sung tidak tahu apa2?” Dae Sung tahu kalau Kang Sook hanya berpura-pura sepanjang waktu – toh, dia tetap mencintai ibu meski ibu adalah orang yang sangat jahat. Sama seperti ayahnya, Hyo Sun juga mengatakan kalau tidak apa bila ibu tidak menyayanginya.
Kang Sook pindah ke tata riasnya dengan tenangnya. Ketika Eun Jo berteriak kalau mereka tidak bisa menemukan orang seperti mereka di dunia ini, Kang Sook menjawab dengan cepat, “Aku tahu, betapa bodohnya mereka!” Eun Jo terisak, “Ibu, kita tidak bisa seperti ini. Jika kita seperti ini, kita bukan manusia! Aku mohon padamu, ubahlah perasaanmu! Jika kita tidak melakukannya, maka kita akan disambar kilat!” Kang Sook berteriak kalau mereka tidak akan disambar kilat – siapa mereka berani menghakimi cara hidup mereka? Ibu bergumam kalau dia sedang merencanakan akan menikahkan Hyo Sun jadi dia bisa disingkirkan.
Kekejaman ibu membuat Eun Jo menderita dan dia mulai menarik semua pakaian ibu dari dalam lemarinya. Mereka hanya membawa kekacauan pada rumah ini jadi mereka harus kabur. Eun Jo: “Kita tidak boleh berada di rumah ini lagi!” Kang Sook menarik tangan Eun Jo dan mengatakan kenapa mereka harus pergi sekarang? Mereka bertiga lebih berharga dari harta Hyo Sun dan mereka akan tinggal serta mengambil apapun yang bisa diambil.
Eun Jo berteriak gila2an. Kang Sook mencoba menentramkan anaknya dan memintanya untuk kembali ke akal sehatnya. Eun Jo berjalan keluar ke halaman sambil terisak. Ki Hoon berada di luar seperti yang diperintahkan. Diminta untuk menenangkan Hyo Sun, dia malah berada disini untuk menenangkan Eun Jo.
Ki Hoon bertanya apa yang terjadi. Diantara isakannya, Eun Jo meminta Ki Hoon untuk membawanya ke tempat yang jauh jadi dia bisa kabur. Tidak apa bila dia tidak mendapatkan maaf dari Hyo Sun. Tidak – maaf itu jauh sekali, “Jadi ayo kabur. Kaburlah bersamaku!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar