Ki-hoon berdiri di sisi tempat tidur ayahnya. Dia bertanya pada ayahnya apakah ayah tidak mau membiarkan saja semuanya – perang dan permusuhan keluarga. Ki-ho mengira ayah pingsan akibat mendengar kata2nya. Ayah mungkin ingin memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Ki-hoon – sebuah hubungan yang nyata. ki-hoon berkata kalau ayah memang menginginkan itu maka ayah harus meninggalkan semuanya dan tinggal di rumah yang sederhana bersamanya dimana mereka bisa pergi memancing berdua.
Dan kalau ada kesempatan, Eun-jo mungkin akan memaafkannya. Ki-hoon mungkin akan membawa gadis keras kepala sebagai menantu ayah dimana ayah bisa membesarkan anak mereka. Ayah menangkis semua perkataan Ki-hoon. Ayah akan mempertahankan semua uangnya. Ayah setuju untuk menyerah tapi Ki-jung tidak akan melepaskannya dan akan datang pula hari dimana Ki-jung akan memerlukan bantuan ayah.
Kang-sook meletakkan buku harian Dae-sung yang mengungkapkan betapa betapa cintanya pria itu padanya. Hyo-sun masuk ke dalam kamar itu mencoba untuk mendapatkan ketenangan dari ibu. Tapi kali ini, Kang-sook sedang tidak mood jadi dia melepaskan Hyo-sun begitu saja. Hyo-sun berkata pada ibu kalau hari ini dia sudah ditolak. Dia hanya ingin mencari kenyamanan tapi Kang-sook tidak dapat memberikannya.
Paman Jang menelpon Jung-woo untuk menjemput Eun-jo. Jang pergi dan Jung-woo dengan manis menyerahkan uang di kantongnya pada Jang serta menyuruhnya membeli sesuatu untuk dimakan. Eun-jo gemetaran di kuris belakang dan Jung-woo mengantarnya pulang ke rumah. Eun-jo tidak menghiraukan bantuan Jung-woo dan berjalan ke dalam rumah seperti zombie. Dia lalu memandangi ibu dengan tatapan khasnya. Tapi ibu masih duduk di tempatnya – seperti patung.
Eun-jo pergi ke kamarnya dimana Hyo-sun sedang menunggu. Hyo-sun bertanya apakah Eun-jo tidak akan bermain dengannya. Eun-jo terlihat seperti seorang kakak. Tapi Hyo-sun mulai memberitahunya kalau hari ini dia ditolak oleh pria yang dia suka. Hyo-sun mencoba tersenyum di tengah2 tangisnya tapi berkata kalau hatinya seperti dicabik-cabik. Eun-jo mendesah dan air mata mengalir di pipinya.
Eun-jo memanggil Jung-woo dari luar kamar pria itu dan Ki-hoon mendengar panggilan ini. Ki-hoon memberengut sebab Jung-woo yang dipanggil. Tapi ternyata, Eun-jo memanggil Jung-woo untuk membawa Ki-hoon keluar dari kamarnya. Eun-jo dan Ki-hoon kemudian berakhir di hutan… berdua. Mereka mengobrol.
Eun-jo memaki Ki-hoon karena ‘mengabaikan’ Hyo-sun pada saat2 seperti ini. Pada saat dimana dia hanya bergantung pada seutas benang. Eun-jo mengingatkan Ki-hoon kalau Ki-hoon sudah berjanji padanya kalau dia akan menjaga Hyo-sun, untuk menjaganya di tempat yang seharusnya diisi Eun-jo. Eun-jo mengulangi apa yang dia katakan pada ibunya – Hyo-sun lebih baik memiliki saudara dan ibu yang membencinya ketimbang tidak memiliki siapa2. Eun-jo: “Hyo-sun hanya punya satu orang di dunia ini. Apakah orang itu harus melakukan ini padanya?” Ki-hoon mendengarkan dengan tenang dan berikutnya, dia memuntahkan semua isi hatinya.
Ki-hoon: Apa kau sudah selesai? Dengan kata2mu yang berlebihan? Apa aku harus menerima Hyo-sun? Anak yang tidak pernah menjadi wanita bagiku, menyukaiku, jadi aku harus menerimanya dengan kesalahan? Apa aku tidak diharapkan untuk mempunyai perasaan atau pikiran? Kenapa? Karena aku berhutang pada paman (Dae-sung)? Haruskah aku menerimanya untuk membayar hutang? Apa begitu caramu membayar hutangmu, kau sialan? Cukup. Hentikan ini. Apa kau serius pada apa yang kau ucapkan? Sejujurnya, apa kau serius? Apa itu adalah hal yang ingin benar2 kau katakan padaku? Jika aku mengatakan padamu: ‘aku salah. Aku akan menerima Hyo-sun.’ Lalu apa yang akan kau lakukan? Apa itu yang ingin kau dengar? Sejujurnya? Apa itu yang benar2 kau rasakan?
Eun-jo berteriak balik, “Apa perasaanku yang sebenarnya?” Ki-hoon menjawab, “Kau tahu itu!” Eun-jo menantang Ki-hoon, “Apa?!” Ki-hoon kembali berujar, “Kau… aku…” Ki-hoon mendekat dan menarik tangan Eun-jo. Dia menarik Eun-jo lebih dekat dan berkata, “Kau hanya berusaha dan mengatakan kata2 itu padaku lagi. Jika kau mengatakannya lagi, aku akan sibuk sekali dengan pikiran untuk menyerah. Ayo lupakan semua itu. Kebaikan paman, hutangku, aku akan melepaskan semuanya. Yang aku butuhkan hanyalah kau. Jika aku memilikmu maka aku akan melupakan semua hutangku… dan hidup.”
Ki-hoon bertanya pada Eun-jo apakah Eun-jo ingin agar dia bersama Hyo-sun – dan air mata mulai jatuh dari mata Ki-hoon. Eun-jo akhirnya memecah kebekuannya dan membiarkan dirinya menangis. Ki-hoon memeluk Eun-jo. Dia memegang Eun-jo erat sekali dan mereka berdua menangis. Ki-hoon berkata, “Kita tidak bisa Eun-jo. Semuanya sudah terlambat. Kita tidak bisa. Aku tahu kau tidak mengerti, tapi kita tidak bisa. Aku marah seperti orang gila tapi kita tidak bisa.”
Eun-jo melepaskan dirinya dari Ki-hoon dan meminta Ki-hoon untuk memikirkan ulang saudari tirinya. Dia menambahkan, “Kalau Hyo-sun bertambah sedih, aku rasa aku tidak akan sanggup menanganinya lagi.” Keesokan paginya, Eun-jo berangkat ke Jepang untuk melakukan uji coba pada mesin pembuat ragi yang baru. Dia bahkan bersikap baik pada Hyo-sun dan berjanji akan bermain dengannya begitu dia pulang nanti. Hyo-sun dan Ki-hoon menyaksikan kepergian Eun-jo dan ketika Hyo-sun berbalik untuk memandang Ki-hoon, dia melihat Ki-hoon memandang jauh ke arah Eun-jo. Di dalam mobil, Eun-jo juga memanfaatkan waktu yang ada untuk memandang Ki-hoon dan mengingat kejadian sebelumnya bersama Ki-hoon.
Sekelompok bibi datang ke rumah untuk mencari Kang-sook. Bibi pendeta ingin mencari selingan untuk diajak berkelahi. Bibi mencoba untuk mengusir Kang-sook karena dugaan perselingkuhan yang Kang-sook lakukan. Kang-sook memutuskan untuk menantang mereka untuk membuktikannya. Kalimat ini mengarah ke saling jambak, dorong, lengkap dengan vas pecah dan hidung yang berdarah.
Setelahnya, Kang-sook langsung menuju telpon untuk menelpon tetua kota yang lain dimana dia menangis bagaimana dia bersalah. Dia lalu menemui paman Hyo-sun – menantangnya bahwa tidak ada yang bisa mengeluarkannya dari rumah ini. Dia menggunakan Jun-su sebagai alatnya. Lalu, Kang-sook mengusir paman. Lagi.
Perusahaan beras datang dan membuat Hyo-sun dan Ki-hoon kaget. Dia datang untuk memastikan bahwa pengantarannya sudah sampai sebab dia memutuskan untuk menghormati permintaan Hyo-sun dan Ki-hoon. Ki-hoon tersenyum pada Hyo-sun, memujinya karena sudah menangani masalah beras sampai tuntas. Hyo-sun memandang Ki-hoon dengan tatapan aneh dan menyuruh Ki-hoon untuk menghentikan itu.
Hyo-sun: Jangan bicara begitu manis padaku. Aku tidak terlalu pintar, jadi itu benar2 membuatku bingung. Jika aku memikirkannya, sejak hari kau datang kesini, sampai hari kau secara resmi menolakku… selagi kau memarahiku karena bersikap kekanak-kanakan, memintaku untuk tidak bergantung padamu… kau sangat manis padaku seperti yang selalu kau lakukan. Meski dunia hancur, perasaan bahwa jika aku bergantung padamu maka semuanya akan baik2 saja… kau melakukan itu. Kau mendorongku ke ujung tebing… dank au bersikap baik padaku lagi… kau tidak bisa melakukan itu.
Hyo-sun mengirimkan Eun-jo sms dan di saat yang bersamaan, Hyo-sun mendapatkan E-mail dari Eun-jo. Kedua bersaudari ini saling mengirimkan berita kesuksesan mereka. Hyo-sun memgirim hasil itu ke lab dan dia menamai ragi itu ‘Dae-sung Ssakaro Myesis’. Hyo-sun berlari ke dalam rumah untuk mencari ibu tapi kemudian dia malah pergi ke tempat foto ayah – dia memberitahu ayah berita bagus ini. Hyo-sun berkata kalau unni sudah berhasil. Dan Eun-jo menamainya bukan dengan namanya sendiri tapi dengan nama ayah. Hyo-sun menangis karena bahagia sebab akhirnya bisa mencapai sesuatu atas nama ayah.
Hyo-sun bertemu dengan Dong-soo dan memberitahunya berita bagus itu selagi Dong-soo sedang sibuk mengetik. Hyo-sun bertanya apakah tidak apa bila Dong-soo membuat tulisan untuk perusaan Dae-sung sekali lagi di majalahnya. Dong-soo mengatakan kalau tulisan ini untuk blog-nya. Dia mengatakan pada Hyo-sun untuk tidak merendahkan netizem dan kekuatan internet. Dong-soo mengatakan kalau blog-nya punya lebih banyak pembaca ketimbang majalahnya. Bahkan dia menyebutkan namanya. Dong-soo memang selalu aneh. Hyo-sun pulang ke rumah untuk menyaksikan kekuatan internet. Dia disapa oleh fanclub-nya lengkap dengan tiruan iklan Hyo-sun.
Mesin untuk membuat ragi telah dikirim dari Jepang jadi ketika Eun-jo kembali mereka sudah bisa mulai membuat anggur beras dengan ragi Dae-sung. Sementara itu, Ki-jung sedang berusaha untuk menawar perusahaan Dae-sung dalam perjanjian dengan pedagang Jepang. Dia mencoba untuk memenangkan kembali pedagang yang dicuri oleh perusahaan Dae-sung.
Jung-woo bertanya pada Ki-hoon, “Bagaimana jika aku menikammu sekarang?” Ki-hoon tidak terlihat peduli dan mengatakan kenapa Jung-woo tidak memanfaatkan banyak kesempatan yang ada untuk melakukan hal itu. Ki-hoon berujar, “Karena Eun-jo, bukan? Adik laki2 seseorang, Han Jung-woo.” Ki-hoon berkata kalau semuanya sama saja baginya dan ketika perusahaan ini sudah mencapai suksesnya, tidak akan jadi masalah apa yang akan terjadi padanya. Ki-hoon menambahkan sambil tersenyum kalau Jung-woo masih membiarkannya hidup setelah itu, maka akan menjadi hal yang sangat menarik.
Hyo-sun memeriksa ibu yang malam ini sedang minum sendirian. Hyo-sun melihat keragu-raguan ibu untuk pertama kalinya – ibu mencurahkan kesedihan dan kematiannya setelah kematian Dae-sung. Bagi Hyo-sun, melihat orang lain dalam keluarganya berduka atas kematian ayahnya – yang hal ini disembunyikan oleh Eun-jo – membuat tembok diantara mereka hancur.
Ibu mengutip kata2 dari diari Dae-sung tentang Hyo-sun dan mengatakan kalau dia membacanya berulang-ulang sampai matanya kabur. Hyo-sun meminta pelukan ibu. Kang-sook bertanya, “Apa kau putri pria itu? Putri pria bodoh itu? Jika dia begitu takut hidup tanpaku, kenapa dia meninggalkanku sendiri tanpa dirinya?” Hyo-sun mencari tangan ibu lalu meletakkannya di kepalanya dan meminta ibu untuk memanggilnya ‘sayangku’ hanya satu kali saja. Ibu mengelus rambut Hyo-sun sambil menangis. Ibu menuruti kemauan Hyo-sun dan akhirnya memberikan Hyo-sun kasih sayang yang benar2 dia cari selama ini.
Eun-jo kembali dari Jepang dan terlihat lebih buruk dari biasanya. Dia mengabaikan protes Jung-woo bahwa mereka harus pergi ke rumah sakit. Mereka tiba di gudang anggur tepat waktu untuk mendengarkan berita buruk. Ki-hoon baru saja mendapatkan telpon dari pembeli Jepang kalau mereka membatalkan penyewaan mesin dan pemesanan anggur beras. Eun-jo pingsan mendengarkan berita ini.
Ki-hoon mengangkat Eun-jo dan mendorong Jung-woo. Dia ingin mengatarkan Eun-jo semdiri ke rumah sakit. Eun-jo terbangun dan mencoba mengatakan kalau dia baik2 saja. Sementara itu, Hyo-sun menelpon pembeli Jepang untuk tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dia lalu pergi ke musuh yang mengambil kesempatan besar dari depan hidungnya… Hong Ki-jung.
Mereka bertemu. Hyo-sun belum mengatakan apa2 tapi Ki-jung sudah menjatuhkannya dan membuatnya merasa sebagai orang tolol dan tidak berpengalaman. Ki-jung mengumumkan kalau dia tidak tertarik bermain jujur. Dia sudah melakukan penawaran dan menang. Ki-jung berharap kalau Eun-jo yang akan datang sebab dia punya sesuatu yang akan dikatakan pada Eun-jo. Karena tahu kalau Hyo-sun adalah saudari yang termuda maka Ki-jung mengusirnya dengan sopan.
Malam itu, Hyo-sun memberitahu Ki-hoon kalau Hong Ju yang merampas peluang mereka. Ki-hoon ketakutan dan berkata, “Bagaimana kau… mengetahuinya?” Hyo-sun bertanya apakah Ki-hoon juga sudah tahu. Tapi Hyo-sun sama sekali tidak menaruh curiga apa2. Hyo-sun mengumumkan menyatakan perang dengan Ki-jung dan bersumpah akan menghancurkan pria itu. Hal ini memicu ketakutan yang lebih besar dari Ki-hoon bahwa Hyo-sun pergi sendiri menemui kakaknya yang jahat.
Hyo-sun membersihkan kamar ibu. Di saat yang bersamaan dia juga menjaga Jun-su. Dia menemukan buku harian ayah dan gembira karena mengenali itu sebagai tulisan ayah.
Eun-jo dan ibu pulang dari rumah sakit. Ibu bertanya bagaimana menurut Eun-jo kalau mereka diusir dari rumah ini besok. Eun-jo berkata kalau perjanjian itu lebih penting dan jika hal itu gagal, mereka harus pergi juga. Yang mengejutkan, Kang-sook tidak ketakutan mendengar berita ini.
Ibu pergi ke kamarnya dan menemukan Hyo-sun sedang dikelilingi oleh buku harian Dae-sung. Kang-sook memandangi Hyo-sun dengan tatapan kaget ketika Hyo-sun gemetar dan menengadahkan wajahnya pelan2 ke ibu.
Dan kalau ada kesempatan, Eun-jo mungkin akan memaafkannya. Ki-hoon mungkin akan membawa gadis keras kepala sebagai menantu ayah dimana ayah bisa membesarkan anak mereka. Ayah menangkis semua perkataan Ki-hoon. Ayah akan mempertahankan semua uangnya. Ayah setuju untuk menyerah tapi Ki-jung tidak akan melepaskannya dan akan datang pula hari dimana Ki-jung akan memerlukan bantuan ayah.
Kang-sook meletakkan buku harian Dae-sung yang mengungkapkan betapa betapa cintanya pria itu padanya. Hyo-sun masuk ke dalam kamar itu mencoba untuk mendapatkan ketenangan dari ibu. Tapi kali ini, Kang-sook sedang tidak mood jadi dia melepaskan Hyo-sun begitu saja. Hyo-sun berkata pada ibu kalau hari ini dia sudah ditolak. Dia hanya ingin mencari kenyamanan tapi Kang-sook tidak dapat memberikannya.
Paman Jang menelpon Jung-woo untuk menjemput Eun-jo. Jang pergi dan Jung-woo dengan manis menyerahkan uang di kantongnya pada Jang serta menyuruhnya membeli sesuatu untuk dimakan. Eun-jo gemetaran di kuris belakang dan Jung-woo mengantarnya pulang ke rumah. Eun-jo tidak menghiraukan bantuan Jung-woo dan berjalan ke dalam rumah seperti zombie. Dia lalu memandangi ibu dengan tatapan khasnya. Tapi ibu masih duduk di tempatnya – seperti patung.
Eun-jo pergi ke kamarnya dimana Hyo-sun sedang menunggu. Hyo-sun bertanya apakah Eun-jo tidak akan bermain dengannya. Eun-jo terlihat seperti seorang kakak. Tapi Hyo-sun mulai memberitahunya kalau hari ini dia ditolak oleh pria yang dia suka. Hyo-sun mencoba tersenyum di tengah2 tangisnya tapi berkata kalau hatinya seperti dicabik-cabik. Eun-jo mendesah dan air mata mengalir di pipinya.
Eun-jo memanggil Jung-woo dari luar kamar pria itu dan Ki-hoon mendengar panggilan ini. Ki-hoon memberengut sebab Jung-woo yang dipanggil. Tapi ternyata, Eun-jo memanggil Jung-woo untuk membawa Ki-hoon keluar dari kamarnya. Eun-jo dan Ki-hoon kemudian berakhir di hutan… berdua. Mereka mengobrol.
Eun-jo memaki Ki-hoon karena ‘mengabaikan’ Hyo-sun pada saat2 seperti ini. Pada saat dimana dia hanya bergantung pada seutas benang. Eun-jo mengingatkan Ki-hoon kalau Ki-hoon sudah berjanji padanya kalau dia akan menjaga Hyo-sun, untuk menjaganya di tempat yang seharusnya diisi Eun-jo. Eun-jo mengulangi apa yang dia katakan pada ibunya – Hyo-sun lebih baik memiliki saudara dan ibu yang membencinya ketimbang tidak memiliki siapa2. Eun-jo: “Hyo-sun hanya punya satu orang di dunia ini. Apakah orang itu harus melakukan ini padanya?” Ki-hoon mendengarkan dengan tenang dan berikutnya, dia memuntahkan semua isi hatinya.
Ki-hoon: Apa kau sudah selesai? Dengan kata2mu yang berlebihan? Apa aku harus menerima Hyo-sun? Anak yang tidak pernah menjadi wanita bagiku, menyukaiku, jadi aku harus menerimanya dengan kesalahan? Apa aku tidak diharapkan untuk mempunyai perasaan atau pikiran? Kenapa? Karena aku berhutang pada paman (Dae-sung)? Haruskah aku menerimanya untuk membayar hutang? Apa begitu caramu membayar hutangmu, kau sialan? Cukup. Hentikan ini. Apa kau serius pada apa yang kau ucapkan? Sejujurnya, apa kau serius? Apa itu adalah hal yang ingin benar2 kau katakan padaku? Jika aku mengatakan padamu: ‘aku salah. Aku akan menerima Hyo-sun.’ Lalu apa yang akan kau lakukan? Apa itu yang ingin kau dengar? Sejujurnya? Apa itu yang benar2 kau rasakan?
Eun-jo berteriak balik, “Apa perasaanku yang sebenarnya?” Ki-hoon menjawab, “Kau tahu itu!” Eun-jo menantang Ki-hoon, “Apa?!” Ki-hoon kembali berujar, “Kau… aku…” Ki-hoon mendekat dan menarik tangan Eun-jo. Dia menarik Eun-jo lebih dekat dan berkata, “Kau hanya berusaha dan mengatakan kata2 itu padaku lagi. Jika kau mengatakannya lagi, aku akan sibuk sekali dengan pikiran untuk menyerah. Ayo lupakan semua itu. Kebaikan paman, hutangku, aku akan melepaskan semuanya. Yang aku butuhkan hanyalah kau. Jika aku memilikmu maka aku akan melupakan semua hutangku… dan hidup.”
Ki-hoon bertanya pada Eun-jo apakah Eun-jo ingin agar dia bersama Hyo-sun – dan air mata mulai jatuh dari mata Ki-hoon. Eun-jo akhirnya memecah kebekuannya dan membiarkan dirinya menangis. Ki-hoon memeluk Eun-jo. Dia memegang Eun-jo erat sekali dan mereka berdua menangis. Ki-hoon berkata, “Kita tidak bisa Eun-jo. Semuanya sudah terlambat. Kita tidak bisa. Aku tahu kau tidak mengerti, tapi kita tidak bisa. Aku marah seperti orang gila tapi kita tidak bisa.”
Eun-jo melepaskan dirinya dari Ki-hoon dan meminta Ki-hoon untuk memikirkan ulang saudari tirinya. Dia menambahkan, “Kalau Hyo-sun bertambah sedih, aku rasa aku tidak akan sanggup menanganinya lagi.” Keesokan paginya, Eun-jo berangkat ke Jepang untuk melakukan uji coba pada mesin pembuat ragi yang baru. Dia bahkan bersikap baik pada Hyo-sun dan berjanji akan bermain dengannya begitu dia pulang nanti. Hyo-sun dan Ki-hoon menyaksikan kepergian Eun-jo dan ketika Hyo-sun berbalik untuk memandang Ki-hoon, dia melihat Ki-hoon memandang jauh ke arah Eun-jo. Di dalam mobil, Eun-jo juga memanfaatkan waktu yang ada untuk memandang Ki-hoon dan mengingat kejadian sebelumnya bersama Ki-hoon.
Sekelompok bibi datang ke rumah untuk mencari Kang-sook. Bibi pendeta ingin mencari selingan untuk diajak berkelahi. Bibi mencoba untuk mengusir Kang-sook karena dugaan perselingkuhan yang Kang-sook lakukan. Kang-sook memutuskan untuk menantang mereka untuk membuktikannya. Kalimat ini mengarah ke saling jambak, dorong, lengkap dengan vas pecah dan hidung yang berdarah.
Setelahnya, Kang-sook langsung menuju telpon untuk menelpon tetua kota yang lain dimana dia menangis bagaimana dia bersalah. Dia lalu menemui paman Hyo-sun – menantangnya bahwa tidak ada yang bisa mengeluarkannya dari rumah ini. Dia menggunakan Jun-su sebagai alatnya. Lalu, Kang-sook mengusir paman. Lagi.
Perusahaan beras datang dan membuat Hyo-sun dan Ki-hoon kaget. Dia datang untuk memastikan bahwa pengantarannya sudah sampai sebab dia memutuskan untuk menghormati permintaan Hyo-sun dan Ki-hoon. Ki-hoon tersenyum pada Hyo-sun, memujinya karena sudah menangani masalah beras sampai tuntas. Hyo-sun memandang Ki-hoon dengan tatapan aneh dan menyuruh Ki-hoon untuk menghentikan itu.
Hyo-sun: Jangan bicara begitu manis padaku. Aku tidak terlalu pintar, jadi itu benar2 membuatku bingung. Jika aku memikirkannya, sejak hari kau datang kesini, sampai hari kau secara resmi menolakku… selagi kau memarahiku karena bersikap kekanak-kanakan, memintaku untuk tidak bergantung padamu… kau sangat manis padaku seperti yang selalu kau lakukan. Meski dunia hancur, perasaan bahwa jika aku bergantung padamu maka semuanya akan baik2 saja… kau melakukan itu. Kau mendorongku ke ujung tebing… dank au bersikap baik padaku lagi… kau tidak bisa melakukan itu.
Hyo-sun mengirimkan Eun-jo sms dan di saat yang bersamaan, Hyo-sun mendapatkan E-mail dari Eun-jo. Kedua bersaudari ini saling mengirimkan berita kesuksesan mereka. Hyo-sun memgirim hasil itu ke lab dan dia menamai ragi itu ‘Dae-sung Ssakaro Myesis’. Hyo-sun berlari ke dalam rumah untuk mencari ibu tapi kemudian dia malah pergi ke tempat foto ayah – dia memberitahu ayah berita bagus ini. Hyo-sun berkata kalau unni sudah berhasil. Dan Eun-jo menamainya bukan dengan namanya sendiri tapi dengan nama ayah. Hyo-sun menangis karena bahagia sebab akhirnya bisa mencapai sesuatu atas nama ayah.
Hyo-sun bertemu dengan Dong-soo dan memberitahunya berita bagus itu selagi Dong-soo sedang sibuk mengetik. Hyo-sun bertanya apakah tidak apa bila Dong-soo membuat tulisan untuk perusaan Dae-sung sekali lagi di majalahnya. Dong-soo mengatakan kalau tulisan ini untuk blog-nya. Dia mengatakan pada Hyo-sun untuk tidak merendahkan netizem dan kekuatan internet. Dong-soo mengatakan kalau blog-nya punya lebih banyak pembaca ketimbang majalahnya. Bahkan dia menyebutkan namanya. Dong-soo memang selalu aneh. Hyo-sun pulang ke rumah untuk menyaksikan kekuatan internet. Dia disapa oleh fanclub-nya lengkap dengan tiruan iklan Hyo-sun.
Mesin untuk membuat ragi telah dikirim dari Jepang jadi ketika Eun-jo kembali mereka sudah bisa mulai membuat anggur beras dengan ragi Dae-sung. Sementara itu, Ki-jung sedang berusaha untuk menawar perusahaan Dae-sung dalam perjanjian dengan pedagang Jepang. Dia mencoba untuk memenangkan kembali pedagang yang dicuri oleh perusahaan Dae-sung.
Jung-woo bertanya pada Ki-hoon, “Bagaimana jika aku menikammu sekarang?” Ki-hoon tidak terlihat peduli dan mengatakan kenapa Jung-woo tidak memanfaatkan banyak kesempatan yang ada untuk melakukan hal itu. Ki-hoon berujar, “Karena Eun-jo, bukan? Adik laki2 seseorang, Han Jung-woo.” Ki-hoon berkata kalau semuanya sama saja baginya dan ketika perusahaan ini sudah mencapai suksesnya, tidak akan jadi masalah apa yang akan terjadi padanya. Ki-hoon menambahkan sambil tersenyum kalau Jung-woo masih membiarkannya hidup setelah itu, maka akan menjadi hal yang sangat menarik.
Hyo-sun memeriksa ibu yang malam ini sedang minum sendirian. Hyo-sun melihat keragu-raguan ibu untuk pertama kalinya – ibu mencurahkan kesedihan dan kematiannya setelah kematian Dae-sung. Bagi Hyo-sun, melihat orang lain dalam keluarganya berduka atas kematian ayahnya – yang hal ini disembunyikan oleh Eun-jo – membuat tembok diantara mereka hancur.
Ibu mengutip kata2 dari diari Dae-sung tentang Hyo-sun dan mengatakan kalau dia membacanya berulang-ulang sampai matanya kabur. Hyo-sun meminta pelukan ibu. Kang-sook bertanya, “Apa kau putri pria itu? Putri pria bodoh itu? Jika dia begitu takut hidup tanpaku, kenapa dia meninggalkanku sendiri tanpa dirinya?” Hyo-sun mencari tangan ibu lalu meletakkannya di kepalanya dan meminta ibu untuk memanggilnya ‘sayangku’ hanya satu kali saja. Ibu mengelus rambut Hyo-sun sambil menangis. Ibu menuruti kemauan Hyo-sun dan akhirnya memberikan Hyo-sun kasih sayang yang benar2 dia cari selama ini.
Eun-jo kembali dari Jepang dan terlihat lebih buruk dari biasanya. Dia mengabaikan protes Jung-woo bahwa mereka harus pergi ke rumah sakit. Mereka tiba di gudang anggur tepat waktu untuk mendengarkan berita buruk. Ki-hoon baru saja mendapatkan telpon dari pembeli Jepang kalau mereka membatalkan penyewaan mesin dan pemesanan anggur beras. Eun-jo pingsan mendengarkan berita ini.
Ki-hoon mengangkat Eun-jo dan mendorong Jung-woo. Dia ingin mengatarkan Eun-jo semdiri ke rumah sakit. Eun-jo terbangun dan mencoba mengatakan kalau dia baik2 saja. Sementara itu, Hyo-sun menelpon pembeli Jepang untuk tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dia lalu pergi ke musuh yang mengambil kesempatan besar dari depan hidungnya… Hong Ki-jung.
Mereka bertemu. Hyo-sun belum mengatakan apa2 tapi Ki-jung sudah menjatuhkannya dan membuatnya merasa sebagai orang tolol dan tidak berpengalaman. Ki-jung mengumumkan kalau dia tidak tertarik bermain jujur. Dia sudah melakukan penawaran dan menang. Ki-jung berharap kalau Eun-jo yang akan datang sebab dia punya sesuatu yang akan dikatakan pada Eun-jo. Karena tahu kalau Hyo-sun adalah saudari yang termuda maka Ki-jung mengusirnya dengan sopan.
Malam itu, Hyo-sun memberitahu Ki-hoon kalau Hong Ju yang merampas peluang mereka. Ki-hoon ketakutan dan berkata, “Bagaimana kau… mengetahuinya?” Hyo-sun bertanya apakah Ki-hoon juga sudah tahu. Tapi Hyo-sun sama sekali tidak menaruh curiga apa2. Hyo-sun mengumumkan menyatakan perang dengan Ki-jung dan bersumpah akan menghancurkan pria itu. Hal ini memicu ketakutan yang lebih besar dari Ki-hoon bahwa Hyo-sun pergi sendiri menemui kakaknya yang jahat.
Hyo-sun membersihkan kamar ibu. Di saat yang bersamaan dia juga menjaga Jun-su. Dia menemukan buku harian ayah dan gembira karena mengenali itu sebagai tulisan ayah.
Eun-jo dan ibu pulang dari rumah sakit. Ibu bertanya bagaimana menurut Eun-jo kalau mereka diusir dari rumah ini besok. Eun-jo berkata kalau perjanjian itu lebih penting dan jika hal itu gagal, mereka harus pergi juga. Yang mengejutkan, Kang-sook tidak ketakutan mendengar berita ini.
Ibu pergi ke kamarnya dan menemukan Hyo-sun sedang dikelilingi oleh buku harian Dae-sung. Kang-sook memandangi Hyo-sun dengan tatapan kaget ketika Hyo-sun gemetar dan menengadahkan wajahnya pelan2 ke ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar